Jumat, 27 April 2012

#### Teruntuk Ukhti Shalehah, yang Kusayangi Karena Allah ####

Bagaimana kabarmu hari ini, ukhti? Sudahkah kau hiasi pagi yang syahdu dengan beningnya suaramu kala lantunkan ayat-ayat dari kitab cinta-Nya? Bahkan burung-burung pun masih setia dalam dzikir syukurnya di antara celah sinar matahari yang menyeruak penangkarannya, tidakkah kau iri pada mereka, saudariku? Ukhti yang shalehah, Masihkah hari ini rasa gelisah, bimbang, duka, dan airmatamu menetes karena kerinduanmu dan keinginan bertemu sang pencuri hati? Ya, itu adalah bagian dari fitrah kita. Rasa yang hadir tanpa diduga sebelumnya dan akhirnya menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dari kita. Sebuah fitrah pula kala keresahan dan kehampaan menemani dalam hari-hari penantianmu pada dia yang kau impikan. Wahai Ukhti yang terpancar keindahan akhlaknya dari ketulusan senyumnya, Siapa yang memiliki hatimu? Siapa yang mengaturkan hatinya? Bukankah tiada kuasa selain Dia yang Maha Pengasih dan CintaNya tak berbatas. Leburkanlah keresahanmu, gelisahmu, rindu, dan tangismu dalam munajat kepada-Nya. Kembalikanlah semua urusan kepada-Nya. Percayalah akan dipilihkanNya yang terbaik untukmu. Saudariku yang selalu setia dalam setiap langkah kebajikan, Kadang aku pun bingung atas diriku yang begitu mudah meneteskan airmata ketika satu sisi hati tersakiti oleh makhluk-Nya. Namun begitu jarang linangan airmata kuselipkan dalam sujud-sujud panjang memohonan pengampunan dariNya. Pernahkah ini terjadi padamu juga, ukhti? Ukhti, sekarang hapuslah airmatamu. Terimalah semua yang terjadi dengan kebesaran hati dan jiwa sebagai bagian dari hidup ini. Sampai akhirnya nanti kita temukan rahasia dan hikmah indah dari titian hidup yang telah kita lewati. Dan senyum bahagiamulah yang ingin kulihat jika saat itu datang, senyum karena telah berhasil kau lewati saat-saat tersulit dalam hidupmu dan kini kau telah memenangkannya. Tenanglah ukhti, usah kau risaukan yang akan datang. Bukankah segala sesuatu akan indah pada waktunya. Jika Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kita, lantas kenapa kita harus memaksakan sesuatu yang belum tentu baik agar menjadi milik kita? Kegalauan akan dia; cinta; pasangan jiwa, leburkanlah dalam keikhlasanmu, ukhti. Percayalah Allah akan mendekatkanmu pada pangeran hatimu, jika tidak kini, mungkin nanti. Bukan hanya untuk sekedar pasangan di dunia, tapi seseorang yang nanti dapat membawamu ke tepian surga, bagaikan pangeran berkereta kencana membawamu ke istana dengan kebahagiaan yang baqa. Senyumlah, ukhti sayang, Senyum untukku, untuk sahabat-sahabat kita, untuk nikmat yang tak henti kita rasa. Semoga hari ini, besok, dan seterusnya kita akan terus istiqamah di jalan yang diridhai-Nya serta membimbing kita dalam rahmat dan kasih sayangNya. 





Jumat, 20 April 2012

Engkau Harus Bertahan, Melatiku!


Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qalam 68:4)

Wahai Ummul mu’minin, kabarkanlah kepada kami tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah berkata: Bukankah engkau pernah membaca Al Qur’an?. Jawab: Ya, Kata Aisyah: Akhlak Nabi Allah itu adalah Al Qur’an. (HR.Muslim) 

Dari Aisyah binti Thalhah bahwasanya Aisyah Ummul mu’minin r.a pernah berkata: tidak seorangpun pernah kulihat mirip ucapan dan cara bicaranya dengan Rasulullah Saw lebih dari Fhatimah. Aisyah r.a berkata: Pernah kulihat ketika Fhatimah berjalan, jalannya itu persis dengan jalannya Rasulullah Saw. Aisyah r.a berkata: tidak kulihat seorangpun yang lebih afdhal sesudah Rasulullah Saw dari Fhatimah. (Thabrani) 
************************* 

“Engkau Harus Bertahan, Melatiku!” 

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni d
osa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran 3:31) 

Iman yang paling utama adalah bahwa engkau mencintai (seseorang) karena Allah dan membenci (seseorang) 
karena Allah. (At Thabrani) 
************************* 

“Segar sekali engkau hari ini, Nisa..” Ayu memandang Nisa yang telah rapi dengan gaun muslimah coklat mudanya, yang dipuji hanya tersenyum dan berkata, “Alhamdulillah, Ayu juga..”. 

Hari libur sering dimanfaatkan kedua sahabat itu untuk bertukar fikiran, maklum, mereka hanya bisa bertemu sekali dalam seminggu atau bahkan sebulan sekali, karena kesibukan masing-masing. Walaupun demikian, komunikasi tetap berjalan. Keduanya kini sedang asyik bercanda di teras rumah Nisa yang sederhana. Ketika perbincangan sampai ke titik sentral. 

“Kenapa tidak semua wanita Islam berusaha mencontoh Fhatimatuzzahra, ya Yu?” tanya Nisa penuh keheranan. 
“Mereka semua ibarat bunga dengan seribu satu macam warnanya. Tapi bukankah tetap Melati sebagai simbol 
kepribadian yang terindah? jumlah itu semakin langka kini, dan akankah mereka segera musnah ataukah memilih bersembunyi agar bisa menjaga diri?!”. 

Pertanyaan yang cukup menggigit itu terlontar dari bibir Nisa, dan Ayu mulai menanggapinya. 

“Jangan tanya kenapa Nisa..tapi cobalah untuk mengerti akan keadaan sesungguhnya!. Banyak faktor yang menyebabkan mereka seperti itu. Didikan keluarga, lingkungan sekitar, dan pendidikan yang salah menjadikan mereka tidak mengerti apa sebenarnya tanggung jawab mereka di bumi ini. Simbol Melati terlalu sederhana,sedangkan masih banyak bunga lain yang lebih menarik dan mempesona, tentunya setiap wanita menginginkan yang terbaik untuk dirinya, bukan? karena itulah, sebagian besar dari mereka memilih menjadi bunga-bunga yang lain”. 

“Yach, menurut mereka baik tetapi tidak baik menurut Allah!” Nisa menghela nafas. Nisa sediih, Ayu..”. 

Ayu tersenyum. “Kesedihan tidak menyelesaikan masalah, Nisa..” 

Kembali Nisa berusaha minta pendapat sahabatnya. 

“Kenapa mereka tidak menyadari bahwa mereka tengah dimanfaatkan?..seharusnya dengan kekuatan rasa yang mereka punya, menjadikan mereka cerdas untuk mencintai diri dan mewujudkan akhlak bunga negeri ini! namun..rasa itu dipalingkan salah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab!” 

Kali ini Ayu mulai serius menanggapi keluhan Nisa. 

“Iya.., seharusnya dengan kelebihan rasa itu mereka mencintai Allah lebih dari segala yang ada di dunia ini, ya Sa… Mencintai Allah dengan mengikuti Rasul_Nya, berakhlak Al Qur’an (akhlak Fhatimatuzzahra). Mencintai Allah dengan berusaha membuktikannya dengan melakukan segala amal perbuatan yang baik untuk mengharap keridhaan_Nya dan menghindari segala amal perbuatan yang dibenci_Nya. Kita harus memikirkan bagaimana cara merangkul mereka dengan sedaya upaya kita, Nisa..dengan kunci kesabaran, ketekunan, dan menyerahkan segalanya pada Allah”. 

Kalimat-kalimat Ayu terasa sejuk di Qalbu Nisa. Seketika semangatnya bangkit kembali. 

“Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan kita dikabulkan Allah, ya Yu..dengan perlahan menyadarkan mereka akan pentingnya akhlak Qur’ani. Semoga bunga-bunga itu akan disegani dan dihormati!”. 

“Aamiin”. Ucap Ayu. Perlahan ia mengambil gitar, mengisyaratkan Nisa untuk bernyanyi. Nisa menyenandungkan syair gubahannya. 

“Kau yang s’lalu kurindu, Kau yang s’lalu kuingin, kuharap setiap waktu, dalam Qalbuku. Kau yang s’lalu kucinta, kau yang s’lalu kupuja, kudamba setiap waktu dalam hidupku. 

Subhanallaah, walhamdulillaah, walaa illaa ha ilallaah, wallaahu akbar. 2x 

Kala kupandang bintang, jauh di atas awan, betapa indah ciptaan_Mu Tuhan. Kala kutatap dunia, dan seluruh isinya, betapa besar, kuasa_Mu, Tuhan”. 

Lagu itupun berakhir, digantikan dengan suara Azan. 

“Suara Azan itu lebih indah dari nyanyian kita, Ayu..dan suara insan yang membaca Firman Allah jauh lebih indah dari seluruh alam semesta ini!”. 

Nisa dan Ayu bergegas memenuhi panggilan Ilahi. Usai shalat dan berdo’a Nisa menghampiri meja kerjanya, ada tumpukan surat-surat melati (sahabatnya) di sana, yang menceritakan suka duka perjuangan mereka menghadapi kejamnya zaman dan keterpurukan akhlak insan dunia ini. Tak terasa air mata Nisa menitik, ia mendekap lembut surat-surat itu seakan merangkul semua melati-melatinya, dalam Qalbu ia berkata, 

“Engkau Harus Bertahan, Melatiku!”. 

Ayu melihat haru sahabatnya, kemudian menghampiri seraya berbisik. “Jangan sedih dan jangan takut, Nisa.. Allah senantiasa melindungi dan menolong hamba-hamba_Nya!”. 

Billaahi taufiq walhidayah 
Wassalamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh 


sumber
:
Ratnadewi Idrus




Sederhana Namamu

Sederhana..
Tak sesederhana namamu..
Engkau dalam..makin dalam makin membuatku takjub..
Terumbu karang merah merona di paparan benua..
Engkau mutiara berbalut kelambu..tetap saja berkilau..
Walau kau coba tuk tutupi

Sederhana memang namamu..
Kau teman siraja dan ratu.. ataupun sipengemis kaya ditrotoar jalan..
Bagi mereka yang merindu..merindu keselamatan..
Kau tak pandang bulu..

Bersahaja namamu..ketika kau bergaul dengan para raja dan ratu..
Atau Si kaya berbaju kafan dan makan sepiring nasi..
Atau malah lapar yang lebih ia sukai
Si miskin penikmat dunia.. si rakus ketenangan jiwa..
Hingga harta tak lagi kuasa.. menggoda hati tuk mencinta..

Si pengemis kayapun mengenalnya..
Harga diri terjunjung tinggi atas para penguasa
Pantang kata menunduk ataupun mengeluh
Merasa cukup atas kekurangannya
Kemiskinan harta kekayaan jiwa.. kekayaan sejati..

Sederhana namamu..
Maukah kau jadi temanku..
Atau kau mau sekedar mengenalku..
Buat menikmati umur dunia yang sementara..                                                                                                           

Kamis, 19 April 2012

~::.. Cinta Tanpa Koma ..::~

Bicara tentang cinta pasti nggak pernah ada habisnya. Akan selalu ada cerita. Beragam cerita tentang berbagai versi cinta di dalamnya. Cerita bahagia. Cerita sedih. Cerita tentang kemarahan. Cerita tentang kerinduan. Cinta kepada orang tua. Cinta kepada sahabat. Cinta kepada saudara. Cinta kepada kekasih. Cinta kepada kekuasaan. Cinta kepada kekayaan.

Tapi, adakah cinta sejati di antara semua itu? Cinta yang dapat membuat pengorbanan dilakukan tanpa penyesalan. Cinta yang mampu melahirkan sejatinya kebahagiaan. amai orang berlomba mencari cinta yang sesungguhnya. Mereka mencari, kita mencari, menapaki jalannya masing-masing dengan caranya sendiri. Ada yang dengan memperturutkan hawa nafsu, menjadikan diri sendiri sebagai satu-satunya penentu. Sehingga tidak heran bertebaranlah cinta rela mati ala Romeo dan Juliet atau ala Jack ‘n Rose. Sehingga lahirlah perayaan berhala cinta ala Juno Februata atau ala Dewa Zeus dan Hera. Cinta liar. Cinta tanpa akal. Cinta tanpa perenungan. Lalu bagi kita, cinta sejati seperti apakah yang akan kita perjuangkan? Cinta sejati seperti apakah yang layak kita miliki dan bagi?

Cinta sejati yang terabai

Manusia ada karena diciptakan oleh Sang Penguasa Alam Semesta, Allah Swt. Allah telah ciptakan manusia dengan rasa butuh. Manusia membutuhkan makanan-minuman, pakaian dan tempat tinggal untuk bisa tetap menjalani kehidupan. Manusia membutuhkan perlindungan untuk bisa hidup dengan aman. Manusia membutuhkan pendidikan agar mampu berkembang.

Allah ciptakan manusia dengan kemampuan merasa: haru, marah, suka, takut, sedih, takjub, kecewa, cinta. Sehingga hidupnya bisa dijalani dengan lebih berwarna.

Allah ciptakan manusia dengan menyediakan segala isi bumi dan langit diperuntukkan bagi manusia. Allah curahkan air dari langit sebagai penyubur tanaman. Allah ciptakan laut dan sungai beserta makhluk di dalamnya. Allah telah ciptakan padang rumput untuk manusia bisa gembalakan hewan ternak bagi kepentingannya. Allah telah ciptakan pepohonan sehingga manusia bisa berteduh dan membuat tempat tinggal.

Allah telah ciptakan padi, gandum, jagung, ketela untuk mengenyangkan perut manusia. Allah telah ciptakan api dan barang tambang sehingga manusia bisa hidup lebih nyaman. Air, api, udara, tanah, Allah sudah serahkan semuanya bagi manusia. Allah telah hadirkan akal pada manusia sehingga mampu selalu memajukan hidupnya. Dan itu yang teristimewa. Namun, apa yang telah manusia perbuat untuk membalas cintaNya?

Cinta Allah dibalas dengan pendustaan terhadap perintah dan laranganNya. Cinta Allah dibalas dengan penolakan untuk berhukum berdasarkan aturanNya. Yang halal tidak dipedulikan! Yang haram dilanggar! Cinta Allah dibalas dengan pelalaian, pembohongan, dan keengganan untuk taat sepenuhnya, untuk mengabdi sepenuh jiwa. Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. hanya dipakai sesekali, tidak untuk dikaji lagi dan ditaati. Ironis. Miris.

Cinta sejati tak akan pernah menyakiti

Cinta Allah kepada makhlukNya adalah ampunan dan nikmatNya atas mereka, dengan rahmat dan ampunanNya, serta pujian yang baik kepada mereka. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala, dan ampunan bagi mereka (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, hlm.: 42)

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari hadist Anas bin Malik r.a. Dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabnya. Dia berfirman : ‘….Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar. Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk memandang. Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang. Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. DenganKu ia mendengar, denganKu dia memandang, denganKu dia memegang, denganKu dia berjalan. Seandainya ia meminta kepadaKu, niscaya Aku benar-benar memberikan kepadanya permintaanya, dan seandainya dia berlindung kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya….”

Dari Anas r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:”Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kukufuran sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke Neraka.” (Mutafaq ‘alaih)

Indah. Teramat indah cinta yang Allah SWT. anugerahkan kepada manusia. Cinta yang melebihi cinta semua makhluk di seluruh jagad raya. Kalau kita membalas cinta itu dengan tulus dijamin tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan, bahkan balasannya melebihi apa yang kita mampu perkirakan.

Itulah cinta Allah, cinta sejati. Cinta yang nggak akan pernah menyakiti.

Cinta tanpa koma

Cinta Allah bagi para hambaNya sudah sangat jelas tidak akan pernah lekang oleh jaman. Nggak pernah habis digerus kondisi, situasi, dan waktu. Lalu bagaimana sebaliknya? Balasan seperti apa yang sepatutnya kita persembahkan bagi Allah? Pastinya cinta haruslah dibalas dengan cinta. Cinta yang seperti apa? Al Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah dan RasulNya adalah menaati keduanya dan ridlo terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.”

Di sebuah kisah, Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat mereka. Rasulullah segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan, “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” Allah Ta'ala, pun membuat perumpamaan dengan firmanNya dalam hadits Qudsi, “SurgaKu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surgaKu itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surgaKu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” (Sabili No.09 Th.X)

Cinta kita kepada Allah akan mampu membuat kita rela berkorban apa saja demi Dia, membuat kita akan terus mengingatNya, tunduk terhadap segala tuntunanNya, dan bersabar atas segala ujian dariNya. Tanpa kita was-was kalau cinta kita tidak berbalas. Allah sendiri yang menjanjikan seperti yang termaktub dalam hadist Qudsi di atas. Surga. Memang akan selalu muncul rintangan di tengah perjalanan. Akan ada jalan terjal menuju ke sana. Namun Allah sudah pastikan surga itu nyata ada buat kita.

Sumber: http://senandungkasihdilangit.blogspot.com/2011/01/cinta-tanpa-koma.html


Rabu, 18 April 2012

Nasehat Imam Al-Ghozali

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan Sholat". Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

JILBAB MUSLIMAH DAN SYUBHAT [ KAJIAN ]

Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang ‘ngetrend’ dan biasa kita dengar adalah ”Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka ‘ngerumpi’ berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hati! lalu tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya.

Syubhat lainnya lagi adalah ”Liat tuh kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!. Benarkah demikian ya ukhti,, ??

Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan orang kafir lainnya liatlah dengan seksama ada diantara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal anda akan mengatakan “tentu tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam. Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak(zahir) dalam diri orang itu.

Lalu bagaimana pendapatmu ketika anda melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah tidak? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non muslimah lainnya.Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan “alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu “ala llah’ artinya hukum itu dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah Allah.



Rasanya tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihat QS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta’ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka. Apa yang ingin anda katakan? Sedangkan mengenai hadits diatas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits diatas ada sambungannya.

Lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian “(HR. Muslim 2564/33).

Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. (HR.Muslim 2564/34).

Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini. Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal tengoklah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.



sumber:MAJELIS TAUSIAH PARA KYAI & USTADZ INDONESIA

Senin, 16 April 2012

Tentang Ikhwan dan Akhwat

lagi, mengkopas catatan temen sebelah, bagus... sebuah sindiran buat para ikhwan yang suka melakukan cara-cara tak islami, berkedok ingin ini dan itu.. ah, sebenarnya aku lah yang tersindir, maaf jika selama ini aku banyak berbuat yang merisaukan kalian...
selamat membaca, semoga bermanfaat...


BISMILLAHIROHMANIROHIM
Asalamu 'alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh.

Antara Saya, Cinta, dan Pria (Semua Atas Nama Cinta)


Ini adalah kisah yang sudah sangat melegenda:
- Tentang Julius Caesar, kaisar Romawi yang rela kehilangan kehormatan, kesetiaan dan bahkan negaranya demi si Ratu Penggoda:Cleopatra. Semua dia lakukan (kata ahli sejarah)...atas nama cinta
- Ini kisah tentang pemuda bernama Romeo, demi seorang wanita, rela kehilangan keluarga, dan tentu saja nyawa... tetap saja:atas nama cinta -

Satu lagi, seorang janda bernama Khadijah, yang rela mengorbankan segalanya demi membela pemuda bernama Muhammad, yang dia yakini membawa risalah Tuhannya.

Ini juga :atas nama cinta kata Jalaluddin Rumi: cinta akan membuat yang pahit menjadi manis dan dengan cinta tembaga menjadi emas dengan cinta yang keruh menjadi jernih. Dengan cinta sakit menjadi obat, dengan cinta yang mati akan menjadi hidup, dan cintalah yang menjadikan seorang raja menjadi hamba sahaya dari pengetahuanlah cinta seperti tumbuh.

Afwan, aku bukan pujangga yang hendak membahas tentang cinta. Aku juga tidak sedang mencampuri urusan orang lain (Aku hanya ingin memposisikan diri sebagai seorang saudara.. yang wajib hukumnya untuk mengingatkan saudaranya yang mungkin...salah langkah.

Bila aku salah, atau artikel ini tak berkenan, mohon maaf. Itu saatnya aku untuk dikritisi. Aku ingin bicara atas nama wanita, terlebih akhwat (kalau boleh sih) tolong untuk para ikhwan (atau yang merasa sebagai muslim).

Wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku tidak suka pernyataan tersebut, tetapi itulah fakta. Sangat mudah membuat wanita bermimpi.

Tolong, berhentilah memberi angan-angan kepada kami. Mungkin kami akan melengos kalau disapa. Atau membuang muka kalau dipuji. Namun, jujur saja, ada perasaan bangga. Bukan suka pada antum (mungkin) namun suka karena diperhatikan "lebih".

Diantara kami, ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci. Jangan antum tawarkan sebuah ikatan bernama ta'aruf bila antum benar-benar belum siap akan konsekuensinya. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur tak cuma dalam hitungan bulan tetapi menginjak usia tahun, tanpa kepastian kapan akan dilegalkan.

Tolong, pahami arti cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq: seperti induk kuda yang melangkah hati-hati karena takut menginjak anaknya (afwan, bener ini ya riwayatnya?). Bukan mengajak kami ke bibir neraka. Dengan SMS-SMS mesra, telepon sayang, hadiah-hadiah ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label: ta'aruf.

Tolong, kami hanya ingin menjaga diri. Menjaga amal kami tetap tertuju padaNYA.Karena janji Allah itu pasti. Wanita baik hanya diperuntukkan laki-laki baik. Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu! Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu! Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu! Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu! Jangan ajak hati kami berzina dengan ber-dua-an denganmu! Ada beda persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkiti virus. Beda itu bernama "rasa" dan "pemaknaan"

Bukan, bukan seperti itu yang dicontohkan Rasulullah! Antum memang bukan Mush'ab. Antum juga tak sekualitas Yusuf as. Tetapi antum bukan Arjuna dan tak perlu berlagak seperti Casanova karena Islam sudah punya jalan keluar yang indah. Segeralah menikah atau jauhi wanita dengan puasa!


Segenggam Waktu

Mungkin mendung di luaran masih menggelayut
atau pagi yang masih menggigil di musim penghujan
masih menyelimuti tubuhmu


Namun
tidakkah kau pernah tau
matahari kan secepat kilat menendang waktu

Bangun dan bangkitlah
dari tidurmu
Lipat selimutmu dan lumurilah tubuhmu
dengan cita-cita

Tidakkah kau pernah berpikir,
untuk merubah nasib hidupmu?

Karena
Tuhan takkan pernah mengubah nasib
jikalau kau tak berkeinginan untuk mengubahnya sendiri

Hanya orang-orang tabah yang kan mampu
bertahan dan berhasil

Maka
jadilah orang yang tabah
berjuang dan beribadahlah

Mengejar Matahari

Apa kabarmu.. harapanku..
Bola salju menggulung membesar..
Putih bersinar memedar cahaya..
Atau lilin meredup tinggal jelaga..
Suram..gelap..


Mentari berlari meninggi
Diiring bangau elok bertabur pelangi
Pagi sirna beranjak tinggi
Mebenam mimpi tuk berganti..

Apa kabar harapanku..
Sanggupkah kau tuk berlari..
Berlari di antara ranjau-ranjau hidup
Sampai sebelum mentari sembunyi..
Hingga terang menjadi gelap..gelap tanpa cahaya..
Harapan tinggalah mimpi.. mimpi panjang…

Apa kabar harapanku..
Kapan kau kan kutemui..
Bukan.. tapi bukan dalam mimpi..
Ku rindu wujud aslimu..
Dalam dunia nyata..

Sampai titik nadir hidup..
Ku kan menunggumu..